Bisniscorner.com – Sebagai upaya mengantisipasi dampak kemarau
panjang yang mengakibatkan kekeringan pada sumber air untuk pertanian dan air
baku, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) akan
mengoptimalkan pengoperasian infrastruktur tampungan air di seluruh Indonesia.
Hal ini bertujuan untuk menjaga ketersediaan bahan pokok hasil pertanian dan
air bersih terlebih disaat merebaknya pandemi COVID – 19 dimana pangan dan air
sangat diperlukan masyarakat.
Menteri PUPR Basuki
Hadimuljono menyampaikan instruksi Presiden Joko Widodo, bahwa pemerintah harus
menjamin beberapa hal dalam masa pandemi COVID 19 untuk kebutuhan air yaitu
pangan, kesehatan, dan pelayanan dasar. “Untuk itu Kementerian PUPR
berupaya melakukan langkah-langkah antisipasi menjamin ketersediaan air saat
musim kemarau tiba,” kata Menteri Basuki.
Berdasarkan hasil pantauan
lapangan, tercatat total jumlah waduk operasional sebanyak 241 waduk yang
meliputi 16 waduk utama dengan volume ketersediaan air sebesar 4.721 miliar m3
dengan areal irigasi yang tepat dapat dilayani sebesar 512.515 Ha (96,57%) dari
total 530.738 Ha. Dari 16 bendungan/waduk utama, 10 waduk memiliki tinggi muka
air normal meliputi: Jatiluhur, Cirata, Saguling, Batutegi, Sutami, Wonorejo,
Bili-Bili, Kalola, Way Rarem, dan Ponre-Ponre. Sementara 6 waduk memiliki
tinggi muka air di bawah normal meliputi: Kedungombo, Wonogiri, Wadas Lintang,
Cacaban, Selorejo, dan Batu Bulan.
Selain waduk, Kementerian PUPR
juga memantau ketersediaan air dari 4.227 embung dan 344 situ dengan volume
tampungan total sebesar 338,8 m3. Disamping itu disiapkan juga 7.914 sumur bor
dengan memanfaatkan jaringan irigasi air tanah dan air baku seluas 118.652 Ha
dan air tanah untuk air baku sebesar 2.386 m3/detik, 4.098 sumur bor berfungsi
normal, sisanya 3.816 sumur bor mengalami gangguan operasional.
Dari 4.098 sumur bor yang
berfungsi normal tersebut tersebar di 7 Provinsi yakni Provinsi Sumatera 488
Sumur, Provinsi Kalimantan 46 Sumur, Provinsi Sulawesi 701 Sumur, Provinsi Jawa
1.514 Sumur, Provinsi Bali – Nusa Tenggara 1.190 Sumur, Provinsi Maluku 2
Sumur, dan Provinsi Papua 148 Sumur.
Menurut data dari Badan
Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) perkiraan Awal Musim Kemarau 2020
akan terjadi pada bulan April, Mei (dominan), Juni, dan Juli, dan puncaknya
akan terjadi di bulan Agustus hingga September 2020.
Dampak kekeringan (hidrologis)
tersebut diprediksi akan terjadi terutama pada di 10 provinsi yaitu, Jawa
Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Sulsel, Bali, NTB, NTT, Maluku dan Papua
dengan wilayah terdampak di 90 Kabupaten/Kota. Selain itu untuk pertanian,
wilayah yang diprediksi akan terdampak khususnya di 10 provinsi yaitu Jawa
Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Bali, NTB, NTT, Maluku,
dan Papua dengan luas area irigasi terdampak 1.142.168 Ha. (rls)