Bisniscorner.com – Selama pandemi Covid-19, banyak masyarakat
ketakutan berlebihan untuk keluar rumah karena takut ketularan Covid-19,
termasuk mendapatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit (RS).
Hal inilah yang disebut dengan
Covid fobia. Padahal, itu malah berisiko adanya keterlambatan diagnosa penyakit
non-covid, terutama pada mereka yang memiliki riwayat penyakit kronis. Untuk
itu, RS Siloam TB Simatupang menerapkan protokoler keamanan demi memastikan
keamanan pasien dan menghilangkan covid fobia saat ke rumah sakit.
Dokter Spesialis Paru Siloam
Hospitals TB Simatupang, dr Henie Widowati SpP mengatakan, guna memutus rantai penularan Covid-19,
berbagai imbauan telah dikeluarkan mulai dari pemakaian masker, cuci tangan,
hingga pembatasan aktifitas di luar rumah. Mengingat penulaaran virus ini
terjadi akibat adanya droplet atau percikan air liur ataupun bersin dari orang
yang positif Covid-19. Misalnya saja himbauan bagi mereka yang ingin ke rumah
sakit apabila kondisi tidak terlalu darurat.
“Himbauan seperti ini bisa
membantu dalam jangka waktu pendek. Namun, jika dalam kondisi terlalu lama ini
bisa menjadi bom waktu,” ujarnya
Menurut dr Henie, data di
Amerika Serikat (AS) menyebutkan terlalu lama masyarakat dalam keadaan lockdown
berisiko memicu frutasi yang pada akhirnya bisa membuat Covid Phobia (fobia).
Hal itu terjadi akibat seseorang akan merasa sangat ketakutan keluar rumah dan
tertular Covid-19. Ini pun menjadi alasan para pasien untuk enggan datang ke
rumah sakit. Sehingga berisiko adanya keterlambatan diagnosisi penyakit
non-covid dan membuat angka kematian menjadi lebih tinggi.
“Ini perlu diwaspadai untuk
khalayak umum, terutama pada mereka yang memiliki penyakit berat dan kronis,
seperti jantung, diabtes, dan lainnya. Jika memang ada gejalanya tetap harus ke
rumah sakit. Tentunya dengan jaga jarak, memakai masker, dan rajin mencuci
tangan,” jelas dia.
Tidak hanya itu,dr Henie
menambahkan kehawatiran akan para pasien yang memerlukan obat rutin akan
menebus obatnya sembarangan tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter.
Hal ini membuat mereka kebanyakan menebus obat di toko obat, mengingat apotik
memerlukan resep dokter dalam memberikan obat rutin tersebut. Kekhawatiran yang
muncul adalah pertama, tidak ada kepastian obat yang dijual asli atau palsu.
Kedua, sebenarnya dengan kontrol rutin dokter ingin memastikan dan menilai
perjalanan penyakit apakah bisa dikontrol dengan dosis yang sama.
“Hal inilah yang belum
disadari oleh pasien itu sendiri yang malah akan membahayakan pasien itu
sendiri,” tegasnya.
Untuk itu, lanjut dr Henie,
diperlukan protokoler keamanan yang diterapkan rumah sakit selain untuk pasien
non-covid. Demi memberikan kepastian keamanan kepada para pasien sehingga bisa
dilayani dengan baik. Menjawab hal ini, Siloam Hospitals TB Simatupang teah
menerapkan protokoler keamanan yang diberlakukan bahkan sejak awal pandemi ini
terjadi. Mulai pre hospital, screening, hingga pelayanan saat di rumah sakit.
Pre hospital yang dimaksud adalah pelayanan rumah sakit yang bisa dilakukan di
rumah. Salah satunya adalah dengan telemedicine atau tele konsultasi, drive
thru, dan layanan home visit.
Lebih lanjut dr Henie
memaparkan hal itu bisa dilakukan untuk kasus yang tidak darurat tapi pasien
merasa khawatir sehingga bisa melihat dokter dan berkonsultasi langsung tanpa
harus ke rumah sakit. Ini juga bisa dilakukan bagi pasien yang kondisinya tidak
membutuhkan obat rutin.
“Pada proses screenig sudah
dilakukan saat masuk ke rumah sakit dengan melakukan pemeriksaan rapid test.
Dengan hasil yang didapat, akan dilakukan pemisahan ruangan atau area antara
pasien yang non dengan covid. Di dalam gedung pun kami telah menerapkan
berbagai protokoler yang ketat. Salha stauya pembatasan jumlah orang dalam
lift,” tegasnya.
Sementara itu, Hospitals
Director Siloam Hospitals TB Simatupang dr Harijanto Solaeman SpP menambahkan,
para pasien yang memeiliki penyakit kronis dan diharuskan ke rumah sakit tidak
perlu khawatir dan takut. Sebab, dengan protokoler keamanan yang diterapkan di
Siloam Hospitals TB Simatupang sudah melalukan screening yang berlapis sehinga
betul-betul aman saat berada di dalam rumah sakit. Bahkan, lanjut dia,
protokoler yang diterapkan di rumah sakit lebih aman dibandinkan di
supermarket.
“Jadi tidak perlu takut ke ruah
sakiit. Ini merupakan cara kami beradaptasi dengan new normal berdamai dengan
Covid-19,” tutupnya. (Rls)