Bisniscorner.com – Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono meninjau bencana longsor pada ruas jalan Kota Palopo – Rantepao, KM 366+500 dan KM 368, Kota Palopo, Sulawesi Selatan yang merupakan jalur vital pergerakan orang dan logistik yang menghubungkan kota pelabuhan Palopo dan pusat produksi pertanian di kawasan Toraja.
Menteri Basuki menegaskan,
“Untuk penanganan darurat, kami akan buatkan jembatan gantung untuk orang
dan kendaraan roda dua, agar masyarakat tidak terisolir. Sedangkan untuk
penanganan permanen akan dilakukan pembangunan jembatan rangka baja. Melihat
kontur topografi yang curam, kami menilai sulit untuk mengganti alinyemen
jalan. Sehingga kita manfaatkan ruas jalan eksisting saja”.
Lebih lanjut Menteri Basuki
menambahkan, “Saya akan evaluasi lebih rinci hasil kajian teknis tim
Ditjen Bina Marga yang sudah berada di lokasi sejak hari ini (Minggu, 28/6)
dibawah supervisi Direktur Preservasi Jalan dan Jembatan Wilayah II.”
Sebelumnya Kementerian PUPR
telah memobilisasi alat berat berupa excavator dan dump truck untuk
membersihkan material longsoran yang menutup badan jalan di ruas Palopo –
Rantepao, Propinsi Sulawesi Selatan. Longsor yang terjadi pada Jumat sore
(26/6/2020), dipicu oleh hujan intensitas tinggi dan struktur tanah labil.
Longsor tersebut menyebabkan
arus lalu lintas dari arah Kota Rantepao dan Kota Palopo terputus pada KM
366+500 karena tertimbun longsoran pada badan jalan sepanjang + 50 meter dan
menimbulkan retakan badan sepanjang + 25 meter ke arah Kota Palopo.Ruas jalan
yang berada di bagian bawah tepatnya di KM 368 juga tertimbun material
longsoran sehingga tidak bisa dilewati kendaraan.
Kepala Balai Besar Pelaksanaan
Jalan Nasional (BBPJN) Sulawesi Selatan M. Insal U. Maha mengatakan, sebagai
upaya penanganan darurat, Kementerian PUPR berkoordinasi dengan Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Polres/ Polsek. Saat ini menurutnya
telah dipasang rambu peringatan “jalan terputus” dan larangan melintas dari
arah Kota Rantepao dan Kota Palopo (Km. 387+200) yang dijaga oleh aparat
keamanan.
“Untuk alat berat
excavator dan loader dari arah Rantepao sudah ada dilokasi longsoran, sedangkan
alat berat dari arah Palopo sedang melakukan pembersihan timbunan tanah di
lokasi longsor,” ujar Insal.
Berdasarkan penuturannya,
kronologis indikasi akan terjadinya longsor sudah mulai terlihat sejak 8 April
2020 dengan adanya retakan melintang pada perkerasan aspal dan lokasi
sekitarnya. “Pada tanggal 10 April 2020 terjadi penurunan badan jalan
sedalam 0,20 meter, selanjutnya pada 14 April 2020 elevasi penurunan badan
jalan mencapai -1,00 meter. Penurunan
badan jalan terus terjadi hinga mencapai -2,80 meter pada 18 Juni 2020,”
tutur Insal.
“Pekerjaan perbaikan jalan akan ditangani
oleh Paket Preservasi Jalan dan Jembatan Batas Sulbar-Makale-Rantepao-Batas
Kota Palopo,” ujar Insal.
Akibat longsor tersebut
dilaporkan sebanyak 6 unit rumah warga terbawa longsor yang sejak awal
penurunan sudah ditinggalkan pemiliknya. Sekitar 40 kendaraan terjebak diantara
longsoran.
Dalam kunjungan tersebut,
Menteri Basuki didampingi Direktur Jenderal Bina Marga Hedy Rahadian, Direktur
Preservasi Jalan dan Jembatan Wilayah II Thomas Setiabudi Aden, Kepala BBPJN
Sulawesi Selatan M. Insal U. Maha, Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS)
Pompengan Jeneberang, Adenan dan Kepala Biro Komunikasi Publik Endra S.
Atmawidjaja. (Rls)