Bisniscorner.com – Dalam rangka memperingati Alzheimer Awareness Month pada bulan September ini, PT Eisai Indonesia (PTEI) dan PERDOSSI mengadakan Festival Digital Bulan Alzheimer Sedunia yang merupakan bagian dari program kampanye edukatif #ObatiPikun.
Festival Digital Bulan Alzheimer Sedunia ini diikuti oleh dokter spesialis saraf, dokter umum, dokter. dokter seminat serta masyarakat awam.
Festival dibuka secara virtual
oleh Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan NAPZA
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dr. Siti Khalimah, Sp.KJ, MARS, Ketua
Umum Pengurus Pusat (PP) PERDOSSI, DR. dr. Dodik Tugasworo P, SpS(K), dan
President Director PT Eisai Indonesia (PTEI), dr. Iskandar Linardi.
Demensia adalah suatu sindrom
gangguan penurunan fungsi otak yang dapat mempengaruhi fungsi kognitif, emosi,
daya ingat, perilaku dan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari .
Masyarakat kerap kali menyebut kondisi tersebut sebagai pikun.
Pikun sering dianggap sebagai
hal normal yang dialami oleh lansia, sehingga seringkali penyakit tersebut
tidak terdeteksi. Padahal berdasarkan data dari Alzheimer’s Disease
International dan WHO, terdapat lebih dari 50 juta orang di dunia mengalami
demensia dengan hampir 10 juta kasus baru setiap tahunnya. Dari banyaknya kasus
tersebut, Alzheimer menyumbang 60-70% kasus.
Oleh karena itu, deteksi dini
dapat membantu penderita demensia dan keluarganya untuk dapat menghadapi dampak
penurunan fungsi kognitif dan pengaruh psiko-sosial dari penyakit ini dengan
lebih baik. Selain itu penanganan demensia sejak dini juga penting untuk
mengurangi percepatan kepikunan.
Festival Digital Bulan
Alzheimer Sedunia mengangkat berbagai topik mengenai apa itu Demensia Alzheimer,
deteksi dini serta penanganannya. Topik yang disampaikan pada festival ini
adalah:
a. Untuk Dokter (dokter spesialis saraf, dokter umum, dokter seminat)
1. Pentingnya Pengobatan Sejak Dini Pasien Demensia
2. Kendala dan Tantangan Dokter dalam Pengobatan Pasien
Demensia
b. Untuk masyarakat umum :
1. Obati Pikun dengan Mengenal Gejalanya
2. Demensia di Masa Pandemi
Direktur Pencegahan dan
Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, dr. Siti Khalimah, Sp.KJ, MARS mengatakan, Saat ini kita mulai
memasuki periode aging population, dimana terjadi peningkatan umur harapan
hidup yang diikuti dengan peningkatan jumlah lanjut usia (lansia). Indonesia
mengalami peningkatan jumlah penduduk lansia dari 18 juta jiwa (7,56%) pada
tahun 2010, menjadi 25,9 juta jiwa (9,7%) pada tahun 2019, dan diperkirakan
akan terus meningkat dimana tahun 2035 menjadi 48,2 juta jiwa (15,77%).
Jumlah lansia yang terus
meningkat tersebut dapat menjadi aset bangsa bila tetap sehat dan produktif.
Namun lansia yang tidak sehat dan tidak mandiri akan berdampak besar terhadap
kondisi sosial dan ekonomi bangsa. Demensia Alzheimer merupakan salah satu
ancaman bagi lansia di Indonesia saat ini,” terangnya saat Zoom Webiner pada
Minggu, 20 September 2020.
Lebih lanjut dr. Siti Khalimah, Sp.KJ, MARS mengatakan, Kementerian
Kesehatan mendukung penuh Festival Digital Bulan Alzheimer Sedunia ini karena
merupakan bagian dari edukasi yang sangat penting untuk mencegah lansia terkena
Demensia Alzheimer. Harapannya, makin banyak lansia yang terdeteksi Demensia Alzheimer
dapat ditangani sejak awal sehingga dapat terus produktif.
Ketua Umum Pengurus Pusat (PP)
PERDOSSI, DR. dr. Dodik Tugasworo P, SpS(K)
mengatakan, Edukasi kepada masyarakat dan tenaga kesehatan secara terus
menerus sangat penting. Sebagai bagian dari program kampanye edukatif
#ObatiPikun yang kami canangkan bersama dengan PT. Eisai Indonesia (PTEI), maka
kami mengadakan Festival Digital Bulan Alzheimer Sedunia ini.
“Para peserta mendapat
penjelasan menyeluruh mengenai Demensia Alzheimer dari berbagai narasumber
dibawah naungan PERDOSSI. Dalam kesempatan itu pula, peserta akan diperkenalkan
pada sebuah aplikasi deteksi dini Demensia Alzheimer bernama aplikasi E-Memory
Screening (EMS). Melalui Aplikasi EMS ini kami berharap semakin banyak
masyarakat yang mengetahui gejala awal Demensia Alzheimer dan juga bagaimana
penanganannya,” paparnya.
Aplikasi E-MS resmi
diluncurkan pada 20 September 2020 dan
dapat diunduh dengan mudah oleh dokter dan masyarakat awam di Playstore dan
Appstore.
Aplikasi E-MS ini akan menilai
kondisi memori seseorang dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan terkait
Demensia Alzheimer yang mungkin dialami oleh pengguna aplikasi. Setelah itu,
Aplikasi E-MS akan memberikan skor dan apabila skor tersebut menunjukkan
kondisi abnormal, maka aplikasi ini akan menyediakan fitur direktori rujukan
terpercaya kepada dokter di sekitar pengguna aplikasi berdasarkan GPS termasuk
informasi jarak, nama dokter beserta keahliannya di bidang Demensia Alzheimer,
serta nomor call center RS yang dapat dihubungi.
Selain deteksi dini, aplikasi
ini juga menyediakan ragam informasi terpercaya dan akurat mengenai Demensia
Alzheimer dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh masyarakat awam.
Aplikasi ini juga menyediakan tips dan trik dalam merawat Orang Dengan Demensia
(ODD) secara efektif dan efisien.”
President Director PT Eisai Indonesia
(PTEI), dr. Iskandar Linardi, mengatakan, PT Eisai Indonesia (PTEI) memiliki
filosofi human health care (hhc) dan telah berkontribusi dalam kesehatan
masyarakat di Indonesia selama 50 tahun. PT Eisai Indonesia (PTEI) berkomitmen
memberikan edukasi mengenai penyakit Demensia Alzheimer, terutama karena
penyakit ini dapat dideteksi sejak awal sehingga dapat dilakukan penanganan
secepat mungkin. Dalam rangka merayakan 50 tahun PT Eisai Indonesia (PTEI),
kami bangga bisa mendukung PERDOSSI melaksanakan program kampanye edukatif
#ObatiPikun dan mengembangkan Aplikasi E-Memory Screening (EMS).
Mengenai Demensia Alzheimer
Demensia adalah suatu sindrom
gangguan penurunan fisik otak yang dapat mempengaruhi fungsi kognitif, emosi,
daya ingat, perilaku dan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari .
Diperkirakan ada sekitar satu juta orang penderita Demensia Alzhemeir di
Indonesia pada tahun 2013. Jumlah itu diperkirakan akan meningkat drastis
menjadi dua kali lipat pada tahun 2030, dan menjadi empat kali lipat pada tahun
2050.
Penyakit Demensia Alzheimer
memiliki faktor risiko :
– Yang bisa dimodifikasi seperti penyakit vaskular: hipertensi, metabolik, diabetes, dislipidemia, pasca cidera kepala, pendidikan rendah, depresi;
– Yang tidak bisa dimodifikasi yaitu usia lanjut dan genetik yaitu memiliki keluarga yang mengalami Demensia Alzheimer.
Selain mengetahui faktor
resikonya, penting untuk menyadari bahwa Demensia Alzheimer bersifat kronis
progresif, artinya semakin bertambah kerusakan otak seiring bertambahnya umur.
Sehingga deteksi dini sangat penting dilakukan bagi penderita Demensia
Alzheimer. Melalui deteksi dini, penderita Demensia Alzheimer dapat lebih cepat
ditangani sehingga kerusakan otak karena penyakit tersebut dapat diperlambat.
Demensia Alzheimer merupakan
penyebab utama ketidakmampuan dan ketergantungan lansia terhadap orang lain.
Penyakit ini memberikan dampak fisik, psikososial, sosial, dan beban ekonomi
tidak hanya bagi penderita tapi juga bagi keluarga dan lingkungan sekitarnya.
Kurangnya kesadaran dan pemahaman tentang Demensia Alzheimer mengakibatkan
stigmatisasi dan hambatan dalam melakukan diagnosis serta perawatan. (Rls)