Bisniscorner.com – Pembangunan infrastruktur sebagai salah satu prioritas pembangunan nasional merupakan faktor pendorong penting untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian baik secara nasional maupun regional, terlebih di saat pandemi Covid-19. Pembangunan infrastruktur secara pesat yang dilakukan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) juga dalam rangka mengejar kelayakan investasi dan indeks daya saing infrastruktur.
Widyaiswara Utama Kementerian
PUPR Danis Hidayat Sumadilaga menyampaikan dari data Indeks Daya Saing Global
(Global Competitiveness Index/GCI) dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia
mengalami kenaikan dari peringkat ke-47 di tahun 2017 menjadi peringkat ke-45
tahun 2018, namun kembali turun jadi peringkat ke-50 pada 2019 disebabkan oleh
turunnya kapasitas adopsi Teknologi, Informasi dan Komunikasi (TIK) yang cukup
drastis.
Namun demikian, skor Indeks
Daya Saing infrastruktur Indonesia pada
2019 sebesar 67,7 lebih baik dari Vietnam dan masih berada di bawah
Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam.
“Indikator lain yang
perlu kita perhatikan adalah Logistics Performance Index (LPI) Indonesia pada
tahun 2018 yang berada di peringkat ke-46, menempati ranking tertinggi sejak
dimulainya pengukuran pada tahun 2010 yang saat itu berada di peringkat
ke-75,” kata Danis S. Sumadilaga membacakan sambutan Menteri PUPR Basuki
Hadimuljono pada acara Investor Daily Summit 2021 secara virtual, Selasa
(13/7/2021).
Menurut Danis, dalam mendukung
pelayanan sistem logistik nasional, pemerintah melalui Kementerian PUPR terus
melanjutkan pembangunan jalan dan jembatan untuk peningkatan konektivitas.
Indonesia telah menghasilkan infrastruktur konektivitas yang memberikan manfaat
besar bagi perekonomian nasional dan menstimulasi pembangunan daerah.
“Manfaat pembangunan
infrastruktur jalan juga terfokus pada investasi, baik investasi Pemerintah
maupun investasi swasta dalam proyek-proyek KPBU (Kerjasama Pemerintah dan
Badan Usaha) seperti di Jalan Tol,” papar Danis.
Untuk terus meningkatkan
kelancaran logistik, saat ini telah beroperasi jalan tol sepanjang 2.386 km dan
pada tahun 2024, ditargetkan panjang tol
di Indonesia bertambah menjadi 5.103 km. Pembangunan jalan tol sendiri
juga dikaitkan dengan pengembangan kawasan-kawasan produktif seperti kawasan
industri, pariwisata, bandara, pelabuhan untuk meningkatkan kelancaran logistik
dan mendorong minat investasi.
Sebagai contoh Jalan Tol Trans
Sumatera yang menghubungkan Kawasan Industri (KI) dengan pelabuhan, di
antaranya Kawasan Lampung Industrial Park dengan Pelabuhan Panjang, Lampung dan
Bakauheuni. Tol Trans Jawa yang menghubungkan KI Jababeka, Karawang, KI Subang
di Jawa Barat dan KI Batang di Jawa Tengah dengan pelabuhan seperti Pelabuhan
Merak dan Tanjung Priok.
Selain itu pemerintah juga
tetap memprioritaskan pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur jalan dan
jembatan dengan target antara lain sepanjang 3.000 km jalan nasional baru, sepanjang 38.726 meter jembatan dibangun, dan sepanjang
31.053 meter fly over dan underpass serta sepanjang 2.500 km jalan tol baru
dan/atau beroperasi.
Dari target tersebut, pada
tahun 2020 telah direalisasikan antara lain sepanjang 463 km jalan baru, 16.923
meter jembatan, dan 987 meter fly over/underpass serta 246 km pembangunan jalan
tol baru dan/atau beroperasi. Pada tahun 2021, sebanyak 19 ruas tol akan
diselesaikan sepanjang 406 km, dan saat ini sebagian telah dioperasikan
sebanyak 7 ruas sepanjang 52 km, antara lain Tol Cengkareng – Batu Ceper
–Kunciran sepanjang 14.2 km. (Rls)